Rabu, 19 Mei 2010

Jurnal Pertanian



Serangan Tikus dan Walang Sangit Serang Tanaman Padi

R Rejosari – Serangan hama tikus terus menjadi masalah dalam pertanian. Kini dirasakan petani Desa R Rejosari, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Musi Rawas Sumsel.
Yanto warga Desa Rejosari mengatakan bahwa pada masa tanam ini kendala hama sering dirasakan berupa serangan tikus dan ini hampir setiap tahun menyerang tanaman padi.
"Selain serangan hama tikus kendala dialami petani Desa Rejosari berupa walang sangit. Akibat serangan hama ini membuat padi banyak rusak. Bahkan banyak petani mengalami gagal panen," kata Yanto.
Lanjut Yanto, untuk panen tahun 2009 dari 1 Hektar sawah miliknya hanya menghasilkan 16 karung gabah. Padahal ia sering memberi obat atau racun tikus agar hama itu lenyap. Tapi tikus itu selalu saja masih ada. "Sedangkan kalau walang sangit akibat padinya itu tidak berisi atau kosong," papar Yanto.
Permasalahan, menurut Yanto, sekarang sudah menjadi perhatian dari pemerintah, baik dari penyuluh pertanian, maupun Dinas Pertanian. "Kita sekarang sering mengadakan pertemuan Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA). Dari sini sering dilakukan sharing atas permasalahan pertanian," tambah Yanto.
Biasanya kalau serangan wereng itu dilihat varitasnya jika terserang, kata dia, harus diganti dengan varietas yang tahan wereng. "Untuk Rejosari sebagian sudah ada yang menggunakan varietas tahan wereng yaitu varietas Bandoyudo," jelas Yanto.
Terpisah, Suratin petani Kelurahan Sumberharta, Kecamatan Sumberharta, juga mengeluh tanaman padi sering diserang hama tikus. "Sekarang sudah memasuki pertengahan tanam dan banyak serangan tikus membuat tanaman rusak hingga mati," keluh Suratin.
Ia menambahkan untuk panen sekiatar dua bulan lagi dikhawatirkan hasilnya gagal seperti tahun lalu. "Untuk setengah hektar sawah hasilnya hanya 10 karung gabah saja. Mudah-mudahan tahun ini tidak terulang gagal panen," jelas Suratin.(05)






Petani Keluhkan Harga Karet Turun

PARA petani karet di Kecamatan Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas Sumsel keluhkan harga karet mulai turun. Lima hari sebelumnya harga jual bahan sintetis itu Rp 12 Ribu/KG turun dratis menjadi Rp 9 Ribu/KG.
Ahmad, salah seorang petani karet asal Desa Tegal Sari, kepada wartawan Selasa lalu mengatakan, sudah satu minggu ini karet mulai turun. Dan penurunan harga jual itu terjadi setiap hari secara bertahap.
Menurut Ahmad, harga karet biasa dia Rp 12 ribu/KG, turun Rp 11 ribu/KG, terus turun kembali Rp 10 ribu sampai sekarang Rp 9 ribu/KG. "Turunnya harga karet diduga permainan pihak pool karet," kata Ahmad.
Ahmad menambahkan, turunnya harga jual karet menjadi masalah para petani karet, apalagi sekarang mau memasuki musim kemarau. "Di musim kemarau getah karet akan berkurang," ucap Ahmad.
Sadar, petani karet asal Desa L sidoharjo Kecamatan Tugumulyo juga mengeluhkan turunnya harga jual karet, sudah berjalan hampir satu pekan ini. Sebelumnya harga jual karet mencapai Rp 11 ribu sampai Rp 12 ribu/KG, sekarang turun sampai Rp 9 ribu.
Sadar menambahkan dengan turunnya harga karet ini mulai dikeluhkan para petani karet, karena khawatir, harga jual karet di tingkat pedesaan sampai Rp 3.000 hingga Rp 5.000/KG. ”Kalau harga jual karet turun sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat. Apalagi sekarang akan mendekati musim kemarau, bisa mempenguruhi getah karet juga, karena kalau musim kering atau getah sedikit kurang lancar," jelas Sadar.(05)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar